Hujan yang selalu mengingatkanku
Seorang wanita, sederhana saja. Senyumnya menyimpan banyak tanda tanya, tatapannya mengganggu laju kerja otak, dan gerak-geriknya memaksaku agar tidak melewati setiap inci perpindahannya. Lalu, semua terjadi begitu saja. Saat sapa lembutnya menjaring nyata menyentuh gendang telinga, saat percakapan kecil yang tercipta berubah menjadi deretan narasi nyata, aku dan dia mengalir begitu saja, seperti curah lembut hujan yang jatuh ke permukaan. Sederhana sekali, cinta memang selalu menuntut kesederhanaan. Dia mengajariku banyak hal. Cara menari dalam hujan, cara tertawa dalam kesedihan, cara menghargai perbedaan, dan cara bermimpi walau dalam kemustahilan.Seringkali aku menatapnya dalam-dalam, menyelami sejuk matanya, tercebur dalam hatinya, lalu terpeleset dalam aliran darahnya. Aku sangat ingin menjadi bagian dalam setiap detak jantungnya, aku ingin ikut berhembus dalam helaan nafasnya. Tiba-tiba, sosoknya menjadi sangat penting dalam setiap bangun pagi hingga tidur malamku. Sedetik, semenit, sejam, seharian, hanya dia saja yang begitu rajin menghampiri otakku. Aku ragu kalau dia tak punya kerjaan lain selain mengganggu pikiran dan imajinasiku.Kala itu, cinta tak lagi menjelma menjadi sesuatu yang sederhana, berangsur-angsur tingkatannya berbeda, hingga ia menjelma menjadi dua kata, “luar biasa”. Perasaan itu tak lagi sekadar sesuatu yang biasa, tapi dia berevolusi menjadi lebih dari sesuatu yang biasa.
Hujan
ternyata selalu mengingatkanku padamu. Kamu yang tiga tahun lalu menemaniku,
mengajariku menghargai rintik hujan, menghargai derasnya rindu, menghargai
halusnya butir-butir kenangan. Aku tidak hanya ingin ada aku, aku juga ingin
ada kamu, aku dan kamu yang akan selalu menjadi kita.
cieeee...
BalasHapus:)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus