TUHAN, JANGAN BERI SAYA GAJI BESAR !!!
Bertemu banyak orang diluar, berkenalan dan bertukar pengalaman/cerita dengan teman-teman baru bagi saya sebuah momen yang sangat menyenangkan, dengan berbagai macam cara pandang mereka menyikapi dan menikmati hidup ini. Saya berkenalan dengan sebuah keluarga yang sangat menginspirasi, keluarga esjepe, mereka keluarga yang sangat kreatif menurut saya, bang iwan sebagai kepala keluarga, seorang yang sudah sangat pengalaman di dunia periklanan, advertaising dan salah satu penulis senior artikel yang tulisanya sudah sering wira wiri di surat kabar besar nasional. setahun yang lalu saya diberi buku yang mana buku itu ditulis tapi tidak diperjual belikan untuk umum suatu kehormatan bagi saya diberi buku itu, buku yang menceritakan perjalanan keluarga bang iwan saat menunaikan haji pertama kali. Baru-baru ini bang iwan menulis atau mungkin lebih tepatnya tulisan yang dibuat ini untuk mengisi biografinya sendiri :). Buat saya tulisan beliau yang tidak begitu panjang tapi sangat berani *ini menurut saya ini yaa hehe mungkin disini saya akan menuliskan tulisan yang ditulis bang iwan yang beberapa waktu lalu sempat di publis di salah satu icon media sosial pribadinya, berikut petikan tulisan pendek yang bikin saya sempat mikir "saya brani dan bisa ga ya seperti beliau???"
" TUHAN, JANGAN BERI SAYA GAJI BESAR !!!
Sejak menyatakan resmi mengundurkan diri dari kantor yang terakhir,saya banyak diberondong pertanyaan maupun omelan. Mulai dari pertanyaan "kenapa keluar?", apa rencana selanjutnya?", kerja dimana, dengan siapa, ngerjain apa?", sampai teman yang bersungut-sungut mengatakan, "Kamu gegabah dan tidak bersyukur atas pekerjaan yang mapan dan bergaji besar".
Dengan gaji besar saya memang bisa mendapatkan apa yang saya inginkan, punya rumah, punya kendaraan, bisa pergi ketempat yang ingin saya datangi, makan dan minum di tempat yang pada waktu kuliah dulu hanya merupakan peristiwa dalam mimpi, dan sebagainya. Selain itu, saya juga dianugrahi waktu yang leluasa, kapan mau ke kantor, kapan mau dirumah saya bisa tentukan. Allah SWT sangat amat baiknya.
Namun, disaat sedang menikmati kesenangan dan kebahagian itu, saya justru merasa ada yang hilang. Pekerjaan dan kenyamanan membuat saya berjarak dari dunia rill, saya seperti kehilangan ketajaman naluri yang seharusnya saya miliki untuk lebih awas dan peduli pada apa yang terjadi di sekitar saya. Itulah yang membuat saya merasa perlu putar kemudi dan berangkat dari titik nol. Menentukan dan memulai sebuah rute petualangan baru, yang harapanya adalah selain bermanfaat buat pribadi juga berdampak baik bagi lebih banyak orang.
Membantu teman nulis surat cintanya, menyarankan cara berdagang yang berbeda kepada beberapa penjual kopi, membantu untuk menuliskan biografi bagi mereka yang merasa memerlukannya, merancang movement, membantu campaign kawan-kawanLSM, menjadi mitra bagi advertising agency sebagai penulis karya iklanya, brainstorming, dan memberikan masukan untuk perusahaan maupun organisasi dalam melakukan komunikasi bagi produk, konsumen, maupun komunitasnya. Saya amat sangat terbuka dan selalu siap untuk membicarakan berbagai bentuk kerja sama.
Saya tak ingin gaji besar, saya cuma butuh cukup.
Cukup untuk ini, cukup untuk itu. Pokoknya cukup....
"Kehormatan adalah penghargaan atas apa yang telah mereka berikan, bukan berdasarkan pada apa yang telah mereka terima"
"Kehormatan adalah penghargaan atas apa yang telah mereka berikan, bukan berdasarkan pada apa yang telah mereka terima" kata-kata ini josss banget
BalasHapus