Menolak Lupa
Munir - Gus Dur - Wiji Thukul
Tidak-kah kita merasa kehilangan orang-orang yang selama ini kita andalkan? mari kita melawan lupa, mari kita menolak lupa..
14 maret 80, air mata ibu pertiwi membasahi bumi indah ini, pergilah sosok bijak itu Muhammad Hatta,
Rindu kami kepadamu kau ajarkan kami bahwa cinta saja tak cukup perkaya diri dengan ilmu, merantau kalau perlu,
Kompetensi-lah yang buat bangsa maju itulah mengapa kau mencintai buku
Kau ajarkan kami untuk berani di negeri yang menjajahmu
Kau lantang berdiri sendiri, teriakan pledoi Indonesia free
Kau buktikan kata dan tulisan setajam belati
Kau korban, perbedaan pendapat namun kau tahu konflik tiada manfaat
Jabatan di tinggal tapi cinta disimpan rapat dalam hati juga cita-cita untuk punya Bally
Reff
pahlawan kami merindukan kamu, pejuang kami merindukan kamu, pahlawan kami merindukan kamu..
pahlawan kami merindukan kamu, pejuang kami merindukan kamu, pahlawan kami merindukan kamu..
Bosen sekolah, begadang nonton bola, waktu luang ke bioskop saja,
waktu muda kita berdua tak jauh berbeda Abdurrahman Wahid Gusdur akrab nya
Mungkin itu mengapa ku kagumimu karna Indonesia masih sangat butuhkan mu
Diciptakan berbeda tapi masih saja ada yang ingin kita satu bukan bersatu bagai inginmu
Irian jaya jadi Papua bebas ekspresikan budaya cina
Ganti jendral keras dengan reformis, korupsi usut habis, pluralis dan kontroversial abis
Mungkin memang kami butuh yang nekat tanpa kompromi basa basi yang menghambat
kau selalu bisa temukan jawaban yang singkat dan buat lawan bungkam dan sewot, gitu aja kok repot..
pahlawan kami merindukan kamu, pejuang kami merindukan kamu, pahlawan kami merindukan kamu..
pahlawan kami merindukan kamu, pejuang kami merindukan kamu, pahlawan kami merindukan kamu..
Widji Thukul nama yang sederhana, hidup yang sederhana, tapi nyali luar biasa
Bagaimana bisa, anak seorang tukang becak jadi pemuda yang berbahaya di mata penguasa
Kalau bukan karna tajamnya sebuah ucapan, aku ingin jadi peluru juga yang menghujam ketidakadilan kepada rakyat jelata
Berpindah dari kota ke kota menghindari tangkapan penguasa
Lalu di tahun 98, kau menghilang hingga sekarang
Hanya satu kata, lawan!
Hanya satu kata, lawan!
Hanya satu kata, lawan!
Terimakasih kawan, kami lanjutkan perjuangan
pahlawan kami merindukan kamu pejuang kami merindukan kamu pahlawan kami merindukan kamu..
pahlawan kami merindukan kamu pejuang kami merindukan kamu pahlawan kami merindukan kamu..
Warisan mu Munir adalah nyali dan hati mu Munir
Untuk mereka yang merasa tersingkir, kau melawan dan berjuang tanpa akhir
Mereka bisa meracuni satu gelas saja tapi takkan bisa meracuni gelas sebangsa
Kupastikan mereka kan selalu ingat, itu perjuanganku melawan lupa..
pahlawan kami merindukan kamu, pejuang kami merindukan kamu, pahlawan kami merindukan kamu..
pahlawan kami merindukan kamu, pejuang kami merindukan kamu, pahlawan kami merindukan kamu..
Lirik : Pandji Pragiwaksono
saya jadi ingat wiji tukul. puisinya memang tandas. kata "lawan" di beberapa puisinya kental banget.
BalasHapusdan kita nggak tau lagi nasibnya hingga kini.
hehe bener pak zach :) salah satu puisi yang saya suka adalah "PERINGATAN" dengan di akiri dengan kata : hanya ada satu kata LAWAN !
BalasHapus